Jangan Berharap Lebih Dari Headshot

9:58 PM


Jangan terlena dengan apresiasi tinggi Headshot di kancah internasional. Jangan.

Di sela-sela kehidupan gue yang mulai sesak dan tak sehat ini gue berusaha menyempatkan diri untuk menonton Headshot di bioskop. Gue memang udah lama berencana untuk nonton film ini tapi belum ketemu jadwal yang pas, hingga akhirnya temen gue (yang satu selera) udah nonton duluan dan bilang kalau Headshot ini jelek. Jadilah gue nonton di keesokan harinya dengan rasa penasaran yang tinggi. Bahkan, temen gue ini udah nulis review dengan nada penuh kebencian haha.

Singkat kata, gue akhirnya masuk ke bioskop dengan ekspektasi rendah. Di bawah The Raid tentunya.

Dua menit pertama gue tertarik dengan sudut pengambilan gambar Headshot yang tampak gagah khas film action pada umumnya. Sayang, kerennya scene ini harus ternodai dengan logika dan motivasi karakter yang tak wajar. Bagaimana bisa seorang tahanan dengan bebasnya berada di luar sel dan bertemu dengan polisi tanpa borgol. Tujuan polisi tersebut mendatangi sang villain pun tak begitu beralasan. Hanya menginformasikan hal-hal yang tak penting yang sebenarnya bisa diolah lebih logis dan menarik lagi. 

Setelah logo terpampang, barulah kita bisa melihat cantiknya Chelsea Islan dan sang tokoh utama yang diperankan oleh Iko Uwais. Gue sudah waswas di bagian ini karena pada dasarnya Iko tak begitu piawai berekspresi sebagai lelaki melankolis, apalagi kalo pasangannya Chelsea Islan. Ketakutan ini ternyata benar, Iko masih susah untuk mengimbangi Chelsea Islan sebagai lawan main yang pada akhirnya membuat adegan mereka berdua terlihat canggung.

Entah apakah ini karena selera gue yang gak jelas atau film ini punya bobot cerita yang 'terlalu' menarik, bagi gue Headshot cuma cerpen dengan plot minim namun dilebih-lebihkan dalam adegan actionnya. Kalo lo pengen nonton film action dengan cerita ringan, Headshot adalah jawaban terbaik. Tapi kalo lo pengen film action dengan kedalaman cerita dan motivasi karakter yang unik, Headshot sama sekali bukan pilihan.

Sebagai penikmat film awam, gue selalu menilai film dari segi cerita ketimbang teknis lainnya. Itu juga yang gue terapkan dalam menikmati film Headshot ini. Meskipun secara garis besar adegan action dan efek visualnya memukau dan sangat keren, namun balik lagi ke dasar sebuah film yaitu cerita, Headshot tak layak dipuji berlebih. Too cliche.

Gue sangat menghargai para filmmakernya, karena sudah berani membuat film aksi dibalut kisah drama yang jarang dibuat di Indonesia. Gue sangat mengapresiasi itu.

Namun membunuh 'sepuasnya' dengan adegan berkelahi tanpa henti kadang bukan solusi terbaik untuk menciptakan film aksi yang berkelas. Dibutuhkan banyak hal-hal logis yang harus dimengerti penonton, terutama alasan mengapa karakter antagonis bisa berperilaku sejahat yang digambarkan dalam film ini. Semua harus masuk akal, meski tak harus dibeberkan secara gamblang.

Drama yang disuguhkan pun gue yakin bisa lebih baik dari ini. Bisa lebih menyentuh dan bisa lebih berkesan. Try to fix this on the next film, Mo Brothers!

Satu hal yang benar-benar jadi poin plus film ini adalah Julie Estelle yang sungguh aduhai saat adegan pinggir pantai. 

You Might Also Like

0 comments