JRX SID tanpa tatto |
05/03/1994
Gue lahir dan dibesarkan di Samarinda, kota yang sering disebut kota Tepian. Mungkin kalian kurang familiar dengan kota Samarinda, at least kalian pernah baca tulisan "Samarinda" di sarung2 kan? Dimana banyak kota lain memiliki trademark unik seperti kota pelajar, kota kembang, dan kota metropolitan, kota tempat gue dibesarkan malah terkenal sebagai kota sarung. Sarung, Sarung everywhere.
Sebenernya gue ini keturunan Jawa, soalnya kedua orang tua gue lahir dan dibesarkan di Grobogan, Jawa Tengah. Tapi akhirnya mereka memutuskan untuk merantau di Samarinda, yang waktu itu lagi mainstream banget untuk dijadikan tempat merantau. Dan jadilah gue, anak yang bingung akan orientasi tempat asalnya ketika ditanya 'Kamu asalnya dari mana?', salah ketika gue menjawab gue adalah orang Samarinda, dan salah juga kalo gue jawab gue adalah orang Jawa karena gue sama sekali gak bisa ngomong Jawa. Indonesia memang ribet dalam urusan ini.
Gue cukup lama tinggal di Samarinda, bahkan lebih dari setengah hidup gue. Gue sekolah hingga SMP di sana, lalu ketika SMA gue ngekos di Banjarbaru untuk melanjutkan sekolah. Dimulailah masa remaja gue di provinsi berbeda.
Sebelum gue lulus SMP, gue mengikuti beberapa tes PMDK untuk masuk ke SMA favorit. Gue ikut tes sana sini, dari yang cuma pake nilai raport hingga tes tertulis yang soal matematikanya pake bahasa Inggris! Gila gak tuh.
Gue terpaksa harus ikut tes2 kayak gitu agar ketika gue lulus, gue gak bingung lagi harus sekolah dimana. Perjuangan gue gak sia-sia, gue lulus di 2 sekolah yaitu SMK Telkom Sandhy Putra Banjarbaru dan SMA 1 Negeri Samarinda. Namun masalah belum selesai, dilema malah datang bertubi2.
Gue gak pernah membayangkan untuk diterima di 2 sekolah sebelum gue lulus SMP. Sebuah kebanggaan buat gue juga karena SMA 1 Negeri Samarinda saat itu menjadi sasaran utama semua murid SMP yang ada di Samarinda, alias favorit banget. Gue bahkan lulus dengan Tes PMDK. (Sombong banget lau, mus)
Gue yang saat itu terlena dengan kelulusan di sekolah favorit pada akhirnya harus dihadapkan dengan "opini" orang tua yang berbeda. Orang tua gue menyarankan gue untuk lanjut sekolah ke SMK Telkom Sandhy Putra Banjarbaru. Mereka beralasan bahwa sekolah menengah kejuruan memiliki banyak kelebihan dibandingkan sekolah menengah atas biasa. Gue gak ngerti maksud mereka saat itu. Yang ada di otak gue, sekolah menengah kejuruan itu kayak sekolah militer yang harus push-up 100 kali tiap pagi dan rambutnya kotak2 kayak pilot. Gak banget.
Dilema datang semakin kejam tiap detiknya. Dan gue pun pada akhirnya memutuskan untuk mengikuti kehendak orang tua dan mengesampinkan ego. Gue hanya berpikir positif dan positif, karena mengikuti saran orang tua adalah yang terbaik, meskipun pada saat itu gue belum menemukan buktinya. Satu dilema lain ketika itu adalah, gue harus meninggalkan temen2 gue dan kota Samarinda selama 3 tahun. Udah kayak Naruto latihan ama Jiraiya ninggalin desa Konoha.
With Any, Tere, and Anis. |
Hiduplah gue di Banjarbaru.
Sekolah di kota kecil yang bersih tanpa ada sebuah Mall pun yang berdiri.
Kalimantan Selatan memang lucu. Dulu pas gue sekolah di sana, hanya ada satu Mall di Kalimantan Selatan. Garis bawahi, hanya ada satu Mall di Kalimantan Selatan. Satu2nya mall yang ada di sana adalah Delta Mall, dan itu pun di Banjarmasin. Butuh sekitar satu jam dari kosan gue untuk bisa sampai di Delta Mall. Bayangkan, satu provinsi hanya terdapat satu buah Mall. Jadinya, seluruh masyarakat yang ingin ke mall hanya bisa ke satu mall, yaitu Delta Mall, the one and only Mall. Satu hal lain yang unik dari Kalimantan Selatan adalah... gak ada McDonald.
Kalo kalian mau order via 14045, itu artinya kalian harus nunggu orderan dikirim dari provinsi lain. Dan itu mustahil.
SMK Telkom memang terkenal sebagai sekolah perantauan. Banyak murid yang berasal dari luar kota hanya demi sekolah di sana. Dan seperti biasa, pertanyaan membingungkan "itu" pun selalu muncul ketika awal masuk sekolah
'Kamu asalnya dari mana?'
Di SMK Telkom Sandhy Putra Banjarbaru, gue mengambil jurusan Network Access. Jurusan yang cuma ada di 5 sekolah di Indonesia. Jurusan ini memang spesial, gue diajarin menjadi teknisi perkabelan yang bisa merancang jaringan komunikasi bawah tanah ataupun atas tanah. Gue bangga dengan jurusan gue ini, meskipun sekarang gue udah banyak lupa soal perkabelan hehe.
Karena ketika SMK adalah masa remaja, tentu di tempat ini gue dapet banyak pengalaman yang bakal gue inget seumur hidup. Terutama ketika magang. Skip that one.
Menyempatkan foto saat praktek |
Sebelum lulus dari SKATEL (panggilan untuk SMK Telkom Sandhy Putra Banjarbaru, yang menurut gue aneh banget) gue memutuskan untuk ikut SMBB Telkom agar bisa melanjutkan sekolah ke IMT Bandung.
Sejak kelas 3 SMK, gue sudah membulatkan tekad untuk mengambil jurusan Ilmu Komunikasi terutama yang berkonsentrasi Broadcasting. Mungkin orang tua gue bingung dengan pilihan gue ini karena berlawanan dengan jurusan gue di SMK. Tapi gue udah jelasin kalo gue mau jadi sutradara atau mungkin kerja di stasiun televisi di masa depan nanti. Gue udah dewasa, dan akhirnya orang tua menyetujui hal ini tanpa "opini" sedikitpun. Passion gue gak merugikan siapapun, so it was easy.
Kenapa gue milih IMT? Karena pada saat itu yang menjadi target gue ada 2, yaitu Unpad dan IMT. Gue sadar Realistis dan Optimis itu beda. Dan akhirnya gue memutuskan untuk gak ikut SNMPTN karena: realistis aja kayak sperma berebutan ovum :))
Pengukuhan Kelulusan |
Gue pun kuliah di IMT.
Gue yakin kuliah dimana saja itu menyenangkan termasuk di IMT, asalkan kuliah dengan passion bukan tuntutan orang tua. Gue kuliah dengan semangat masa depan. Iya, karena gue punya mimpi yang besar di sana dengan biaya kuliah yang tentu gak murah. Terlalu menyedihkan kalo kuliah males2an tapi mau masa depan bersinar. I'm not that pathetic.
Tom Delonge |
Gue gak harus menceritakan kehidupan gue selama Bandung, soalnya gue belum selesai sekolah di sini.
Tapi ada satu hal yang perlu diingatkan lagi ketika gue dulu disarankan orang tua untuk sekolah di SKATEL.
Akhirnya gue bisa bangga dan menemukan sisi positif dari SMK, karena pada umumnya dosen2 akan bertanya ke mahasiswanya seperti ini:
'Dulu SMAnya IPA atau IPS?'
'Saya SMK pak, jurusannya Network Access'
Lebih terdengar keren dan gak mainstream tentunya ketika gue bilang itu ketimbang 'IPA pak' atau 'IPS pak'
Gue juga bisa bangga dengan magang gue. hahaha *tepokdada
Ada beberapa hal yang bisa dibanggain pastinya akan dibarengi juga dengan kebingungan.
Meskipun sekarang gue udah semester 4, tetep masih ada yang mengajukan pertanyaan pendek nan kampret 'itu' ke gue
'Kamu asalnya dari mana?'
Gue semakin bingung ngejawabnya karena gue akan menambahkan satu lokasi baru, yaitu Banjarbaru.
Gue ini sebenernya dari mana sih!?